Widget HTML #1

Pengertian Twin-to-twin transfusion syndrome

Pengertian Twin-to-twin transfusion syndrome. Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS), umumnya terjadi pada kehamilan kembar monochorion (MC), dimana terjadi donasi darah secara terus menerus dari satu janin ke janin yang lainnya (satu janin bertindak sebagai donor sedangkan janin yang lainnya bertindak sebagai resipien).Kehamilan kembar monokhorion sangat beresiko untuk mendapat berbagai jenis komplikasi, diantaranya: TTTS, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin dan persalinan prematur. Mayoritas dari beberapa komplikasi tersebut berkaitan dengan tidak adekwatnya plasenta. Tanpa penanganan, TTTS hampir selalu berakhir dengan persalinan yang sangat prematur.

Definisi Twin to twin transfusion syndrome

Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah suatu keadaan dimana terjadi transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan kembar. TTTS merupakan komplikasi dari kehamilan kembar monochorionik dimana dari gambaran sonografi terlihat ditemukan polihidramnion pada satu kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan ganda monochorionik-diamniotik.

TTTS merupakan akibat dari ketidak- seimbangan yang kronis dari transfusi antar janin kembar yang terjadi melalui anastomosis pembuluh plasenta pada kehamilan kembar monochorion. Janin donor akan menjadi anemis, oliguri, dan mengalami pertumbuhan yang terhambat, sedangkan janin penerima (resipien) menjadi polisitemia, poliuria, hipervolemia, dan potensial menjadi hidropik.

Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) berdasarkan berat ringannya penyakit dibagi atas:
  1. TTTS tipe berat, biasanya terjadi pada awal trimester ke II, umur kehamilan 16–18 minggu. Perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan. Ukuran tali pusat juga berbeda. Konsentrasi Hb biasanya sama pada kedua janin. Polihidramnion terjadi pada kembar resipien karena adanya volume overload dan peningkatan jumlah urin janin. Oligohidramnion terjadi pada kembar donor oleh karena hipovolemia dan penurunan jumlah urin janin. Oligohidramnion yang berat bisa menyebabkan terjadinya fenomena stuck-twin dimana janin terfiksir pada dinding uterus.
  2. TTTS tipe sedang, terjadi pada akhir trimester II, umur kehamilan 24–30 minggu. Walaupun terdapat perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan, polihidramnion dan oligohidramnion tidak terjadi. Kembar donor menjadi anemia, hipovolemia, dan pertumbuhan terhambat. Sedangkan kembar resipien mengalami plethoric, hipervolemia, dan makrosomia. Kedua janin bisa berkembang menjadi hidrops.
  3. TTTS tipe ringan, terjadi secara perlahan pada trimester III. Polihidramnion dan oligohidramnion biasanya tidak terjadi. Konsentrasi Hb berbeda lebih dari 5 gr%. Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%.

Twin-to-twin transfusion syndrome juga dapat diklasifikasi menjadi akut dan kronik.
  1. Tipe akut. Jika terjadi transfusi darah secara akut/tiba-tiba dari satu janin ke janin yang lain, biasanya pada trimester III atau selama persalinan dari kehamilan monokorionik yang tidak berkompli-kasi, menyebabkan keadaan hipovolemia pada kembar donor dan hipervolemia pada kembar resipien, dengan berat badan lahir yang sama. Transfusi dari kembar pertama ke kembar kedua saat kelahiran kembar pertama. Namun demikian, bila tali pusat kembar pertama terlambat dijepit, darah dari kembar yang belum dilahirkan dapat tertransfusi ke kembar pertama. Diagnosis biasanya dibuat pada saat post natal.
  2. Tipe kronik. Biasanya terjadi pada kehamilan dini (umur kehamilan 12–26 minggu). Kasus tipe ini merupakan yang paling bermasalah karena bayinya masih immatur dan tidak dapat dilahirkan, sehingga dalam pertumbuhannya di uterus, bisa mengalami kelainan akibat dari twin-to-twin transfusion syndrome seperti hydrops. Tanpa terapi, sebagian besar bayi tidak dapat bertahan hidup atau bila survival, akan timbul kecacatan. Walaupun arah transfusi darah menuju kembar resipien, tetapi trombus dapat secara bebas berpindah arah melalui anastomosis pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan infark atau kematian pada kedua janin.

Referensi
albert DG, Bajoria R, Sepulvida W, Bower S, Fisk NM. Hydrostatic and osmotic pressure gradients produce manifestations of fetofetal transfusion syndrome in a computerized model of monochorial twin pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1996 ; 174 : 598-608.

Skupski DW, Chervenak FA. Twin-twin transfusion syndrome: An evolving challenge. Ultrasound Rev Obstet Gynecol 2001;1:28-37.

Twin-to-Twin Transfusion Syndrome Muhammad Rusda, R. Haryono Roeshadi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU - RSUP H. Adam Malik Medan